TATHOYYUR ITU SYIRIK KECIL
Tathoyyur (menganggap sial sesuatu yang sebetulnya agama tidak pernah mensyariatkan seperti itu atau menjadikannya sebagai sebab untuk datangnya sial atau apes atau musibah),
Misalnya karena melihat, mendengar atau mengetahui sesuatu berupa tingkah laku hewan, tumbuhan, penentuan hari, tanggal, bulan, nama, cacat tertentu sebagai baik atau buruk keadaan dll.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak termasuk golongan kami orang yang melakukan atau meminta tathayyur (menganggap sial), meramal atau meminta diramalkan dan yang menyihir atau yang meminta disihirkan” (HR. Ath-Thabrani 18/162, Shahiihul Jaami’ no. 5435)
الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، ×٣، وماَ مِنَّا إلاَّ، وَلَكِنَّ الله يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ
“Ath-Thiyaarotu (menganggap sial) itu syirik (3 x), tidaklah dari kita melainkan pernah terlintas dalam hatinya sesuatu dari hal ini. Hanya saja Allah menghilangkannya dengan tawakkal (kepada-Nya)” (HR. Bukhari dalam al-Adabul Mufrod 909, Abu Dawud 3910, At-Tirmidzi 1614, Ibnu Majah 3538, Ahmad I/389, 438, 440, Al-Hakim I/17-18, dari Ibnu Mas’ud, Ash-Shohiihah 429)
“…….70rb umatku yang masuk surga tanpa dihisab & diadzab, mereka adalah yang tidak minta diruqyah, tidak berobat dengan kay, tidak bertathoyyur (menganggap sial), dan hanya kepada Allah mereka bertawakkal….” (HR. Bukhari 5705, hadits dari Ibnu ‘Abbas)
Orang yang percaya dengan tathoyyur hakikatnya ia telah melakukan suatu bentuk kesyirikan kepada Allah Ta’ala karena dua sisi, yaitu:
[1] Orang yang melakukan tathoyyur tidak memiliki rasa tawakal kepada Allah Ta’ala dan akhirnya bersandar kepada selain-Nya.
[2] Dia bergantung kepada perkara yang tidak ada kenyataannya. Bahkan semuanya hanya dugaan dan khayalan. (Al Qoulul Mufid oleh Imam Ibnu ‘Utsaimin)
Jenis-Jenis Tathoyyur :
[1] Merasa sial karena hewan tertentu, biasanya berupa datangnya burung hantu pertanda akan ada kematian, atau jika kejatuhan cicak maka akan tertimpa suatu musibah.
[2] Merasa sial dengan tanggal atau bulan tertentu, biasanya terkait adanya hajatan. Sebagian masyarakat kita masih berkeyakinan untuk tidak mengadakan hajatan (terutama pernikahan) di bulan suro (muharram).
[3] Merasa sial dengan angka tertentu, biasanya yang dianggap angka sial adalah angka 13 dan angka 666. Sehingga banyak kita lihat kamar-kamar hotel, kursi pesawat, atau lantai gedung bertingkat, yang menghilangkan nomor 13 nya atau diganti dengan nomor yang lain semisal 12B.
[4] Merasa sial dengan ramalan bintang dan zodiak
[5] Merasa sial dengan letak atau posisi tempat tinggal, yaitu seseorang harus memiliki atau membangun rumah dengan arah dan letak tertentu kemudian dihubung-hubungkan dengan keberuntungan atau kesialan.
[6]. Menganggap anak sakit-sakitan karena nama yang terlalu berat diemban sehingga harus ada penggantian nama.
[7]. Mengganggap datangnya musibah itu karena si A yang baru datang ke kampung, sebelumnya tidak pernah terjadi
قَالُوا اطَّيَّرْنَا بِكَ وَبِمَنْ مَعَكَ ۚ قَالَ طَائِرُكُمْ عِنْدَ اللَّهِ ۖ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ تُفْتَنُونَ
“Mereka menjawab, “Kami mendapat nasib yang malang disebabkan oleh kamu dan orang-orang yang bersamamu.” Dia (Shalih) berkata, “Nasibmu ada pada Allah (bukan kami yang menjadi sebab), tetapi kamu adalah kaum yang sedang diuji” (QS. An-Naml : 47)
Dahulu Fir’aun beranggapan datangnya bencana gara-gara Nabi Musa ‘alaihis salam
فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَا هَذِهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَلَا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
“Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: “Itu adalah karena (usaha) kami”. Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui” (QS. Al-A’raf: 131)
Adanya penduduk negeri menganggap nasib sial menimpa mereka karena kedatangan para utusan. Namun hal itu dibantah oleh Allah Ta’ala. Allah Ta’ala nyatakan sendiri bahwa kesialan itu karena sebab pembangkangan penduduk itu sendiri
وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلًا أَصْحَابَ الْقَرْيَةِ إِذْ جَاءَهَا الْمُرْسَلُونَ (13) إِذْ أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوا إِنَّا إِلَيْكُمْ مُرْسَلُونَ (14) قَالُوا مَا أَنْتُمْ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُنَا وَمَا أَنْزَلَ الرَّحْمَنُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا تَكْذِبُونَ (15) قَالُوا رَبُّنَا يَعْلَمُ إِنَّا إِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُونَ (16) وَمَا عَلَيْنَا إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ (17) قَالُوا إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهُوا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ (18) قَالُوا طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ أَئِنْ ذُكِّرْتُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ (19)
“Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka. (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang diutus kepadamu”. Mereka menjawab: “Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka”. Mereka berkata: “Rabb kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu”. Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami”. Utusan-utusan itu berkata: “Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas” (QS. Yasin: 13-19)
Begitu pula orang-orang musyrik menganggap datangnya nasib malang karena Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam
Allah Ta’ala berfirman :
وَإِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُوا هَذِهِ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَقُولُوا هَذِهِ مِنْ عِنْدِكَ
“Dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)” (QS. An-Nisaa’: 78)
Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata :
“Orang yang bertathayyur itu tersiksa jiwanya, sempit dadanya, tidak pernah tenang, buruk akhlaknya, dan mudah terpengaruh oleh apa yang dilihat dan didengarnya. Mereka menjadi orang yang paling penakut, paling sempit hidupnya dan paling gelisah jiwanya. Banyak memelihara dan menjaga hal-hal yang tidak memberi manfaat dan mudharat kepadanya, tidak sedikit dari mereka yang kehilangan peluang dan kesempatan (untuk berbuat kebaikan)”(Miftaah Daaris Sa’aadah)
Maka jika muncul rasa was-was dalam hati seseorang karena mendengar atau melihat sesuatu yang itu merupakan tathoyyur, maka hendaklah ia mengucapkan :
اللّهُمَّ لاَ يَأْتِي بِااْحَسَنَاتِ إلاَّ أَنْتَ وَلاَ يَدْفَعُ السَّيِّآتِ إلاَّ أنْتَ وَلاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ إلاَّ بكَ
“Ya Allah, tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali Engkau, dan tidak ada yang menolak keburukan kecuali Engkau, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Engkau” (HR. Abu Dawud)
Hadits dari Ibnu ‘Amr, “Barangsiapa yang mengurungkan hajatnya karena tathoyyur, maka ia benar-benar telah berbuat kemusyrikan. Mereka berkata, ‘Lalu apa yang dapat menghapus itu?’ Ia berkata, ‘Hendaknya orang itu berkata :
اللًّهُمَّ لاَ خَيْرَ إلاَّ خَيْرُكَ وَلاَ طَيْرَ إلاَّ طَيْرُكَ
‘Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan-Mu dan tidak ada kesialan kecuali kesialan dari engkau dan tidak ada Ilaah yang haq selain Engkau” (HR. Ahmad II/220, Ash-Shohiihah no.1065, hadits dari Abdullah bin ‘Amr)
BEBERAPA CONTOH KHURAFAT, TAHAYUL, BID’AH DAN SYIRIK
⛔ Jika tanaman hias tertentu (bunga sri rejeki) yang ditanam dalam tempat bunga berdaun lebat, dianggap akan dapat rezeki
⛔ Membuat bubur merah dan putih sebagai syarat dalam suatu upacara supaya sukses.
⛔ Memasang / menusuk Cabai dan Bawang dengan lidi untuk penolak hujan.
⛔ Memasang jimat-jimat, rajah / wafaq / isim, bertuliskan arab atau lainnya di atas pintu masuk agar segala unsur yang jahat tidak bisa masuk atau membawa jimat-jimat.
⛔ Burung hantu berbunyi sebagai tanda tidak baik…. Kupu-kupu masuk rumah tanda akan ada tamu yang akan datang.
⛔ Bulu landak, gunting, pisau, cermin, daun jerangau untuk mengusir hantu anak.
⛔ Memukul benda-benda, nampan, dandang, panci, kentongan, nyiru, dll kalau ada anak yang hilang (katanya disembunyikan makhluk halus), atau kalau ada gerhana.
⛔ Kunang-kunang penjelmaan kuku mayat.
⛔ Jika kulit bergerak (kedutan dibawah mata dll) menandakan ada sesuatu yang akan terjadi.
⛔ Jika kendaraan membawa mayat, atau menabrak kucing akan sial.
⛔ Rumah yang dibangun salah letak, tidak sesuai arah feng sui akan menimbulkan kesialan.
⛔ Salah memberi nama pada anak menyebabkan sering sakit. Atau wajahnya sama dengan orang tuanya si anak harus dijual pura-pura (lewat upacara).
⛔ Jika perempuan makan pisang kembar, anaknya nanti kembar.
⛔ Perempuan hamil / ngidam tidak boleh makan sembarangan, seperti kepiting nanti jalannya atau usahanya selalu mundur, sebab kepiting jalannya mundur dll. Kalau anak balita air liurnya selalu ngeces (menetes), berarti ibunya waktu ngidam dulu ada yang tidak kesampaian keinginannya.
⛔ Jika seseorang tersedak, tergigit lidah atau tergigit bibir, tandanya ada orang yang membicarakan dia.
⛔ Tangan kanan gatal, akan dapat uang.
⛔ Wanita hamil dilarang keluar di saat terjadi gerhana.
⛔ Suara burung gagak tanda kesialan/ada yang mau meninggal
⛔ Masuk ketempat yang angker/ hutan/lembah, izin dulu kepada datuk/makhluk penguasanya.
⛔ Khataman Al-Quran dengan telor-telor yang dihiasi.
⛔ Anak lahir bulan safar harus ditimbang dengan buah-buahan atau lain-lain.
⛔ Anak laki-laki lahir diberi anting-anting emas sebelah kalau kakaknya meninggal.
⛔ Supaya anak cepat berjalan, kakinya dipukul dengan sejenis ikan, atau pelepah pisang.
⛔ Anak kecil diberi kapur di dahi (kening) atau dibelakang kuping, diberi arang bekas kuali, kunyit agar tidak kesindiran.
⛔ Menghambur Beras Kuning pada acara –acara yang dianggap sakral
⛔ Memberi lampu penerangan pada ari-ari, tembuni bayi yang baru lahir. Dan memberi garam, merica, bahkan buku dan pensil di dalam tembuni.
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar