Inspirasijateng.com|Boyolali – Berkaca pada harga tembakau yang naik cukup tinggi pada 2023, para petani di Boyolali menanam batang tembakau lebih banyak pada musim tanam 2024 ini. Dinas Pertanian (Dispertan) Boyolali mencatat luas lahan yang ditanami tembakau pada 2024 naik sekitar 100 hektare dibanding 2023.
Salah satu petani asal Dukuh Gebyok, Desa Samiran, Kecamatan Selo, Boyolali, Nursalim, mengaku senang dengan harga tembakau baik krosok dan rajangan pada musim panen 2023 lalu. Ia mengatakan harga tembakau krosok pada 2023 mencapai Rp25.000 per kilogram. Kamis (25/7/2024).
Sedangkan pada 2024 ini tembakau krosoknya sudah ditawar Rp40.000 per kilogram. Mengutip laman Komunitas Kretek, tembakau krosok adalah daun tembakau yang dikeringkan secara utuh tanpa dirajang sebelumnya atau dikenal sebagai leaf type di seluruh belahan dunia.
“Harga tembakau rajangan Rp75.000 per kilogram untuk kemitraan, belum keluar harga baru lagi. Harganya semoga masih bisa naik. Tahun lalu sekitar Rp70.000 per kilogram,” jelasnya.
Nursalim menjelaskan pada 2024 ia menanam sekitar 11.000 pohon tembakau. Jumlah itu naik dibandingkan pada 2023 di mana ia menanam 8.000 pohon. Ia sengaja menanam lebih banyak dengan harapan harga tembakau stabil tinggi atau bahkan naik dibandingkan pada 2023.
“Tahun lalu 8.000 pohon dapat Rp80 juta, dengan 11.000 pohon ini harapannya bisa lebih dari Rp80 juta,” kata dia.
Sementara itu, petani tembakau asal Desa Genting, Kecamatan Cepogo, Boyolali, Hardi Juki, menyampaikan harga tembakau rajangan kemitraan mencapai Rp75.000 per kilogram. Menurutnya, harga tersebut sangat lumayan bagi petani.
Sementara itu, Kabid Perkebunan Dispertan Boyolali, Muhammad Busroni, menyampaikan data per Juni 2024, luas lahan yang ditanami tembakau di Kota Susu sekitar 3.600 hektare. Sedangkan pada 2023 sekitar 3.500 hektare.
Ia mengatakan dari 3.500 hektare pada 2023, terdapat limbah batang tembakau sebanyak 22.000 ton se-Boyolali.
“Tahun ini meningkat [luas tanam tembakau] karena pengalaman hasil tahun kemarin bagus harganya. Dibandingkan 2022 kan bluk [harganya jatuh]. Kalau petani kan biasanya mengandalkan pengalaman tahun kemarin,” kata dia. (ᵃᵍʳⁱ/𝚛𝚎𝚍𝚊𝚔𝚜𝚒)