MAGELANG.inspirasijateng.com – Grebeg Suro dan Bhakti Alam Gunung Tidar, upacara ucap syukur dari hamba pada Sang Pencipta. Potensi wisata baru di Magelang.
Kegiatan yang bertajuk “Nyawiji Memetri Lestarining Budaya Nusantara Kanthi Guyub Rukun Saiyeg Saekapraya Adhedasar Pancasila Minangka Jati Dirining Bangsa” itu digelar di Kawasan Kebun Raya Tidar Kota Magelang, Selasa (18/7).
Selama acara, masyarakat terlihat antusias mengusung ogoh-ogoh Semar, serta sebagian yang lain mengenakan kostum topeng Ireng khas Magelang dan berjalan mengelilingi kawasan gunung Tidar.
Kepala UPT Kebun Raya Gunung Tidar, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Magelang, Yhan Noercahyo Wibowo, menuturkan, kegiatan tersebut adalah acara tahunan yang digelar setiap menjelang 1 Suro.
“Ini tahun kedua Grebeg Suro dan Bhakti Alam Gunung Tidar, inisiatornya keluarga juru kunci gunung Tidar dengan melibatkan masyarakat sekitar serta kelompok seniman Magelang Raya,” ujarnya.
Menurut dia, acara tersebut dimaknai sebagai ucapan syukur dari masyarakat kepada Sang Pencipta, atas karunia dan kenikmatan rejeki yang telah diterima dalam hidup.
“Maka ada arak-arakan kesenian dan tari-tarian daerah, di malam hari nanti juga ada kirab gunungan ke gunung Tidar yang diperebutkan masyarakat setibanya di atas,” tuturnya.
Dalam hal ini, lanjut Yhan, gunungan hasil bumi juga dimaknai sebagai rejeki yang diberikan Sang Pencipta.
Lebih lanjut, Yhan menuturkan, seusai berebut gunungan, pengunjung dan peserta ritual bisa melanjutkan tirakatan di puncak Tidar.
“Rangkaian kegiatan ini akan ditutup dengan pagelaran wayang kulit dengan lakon Semar Mbangun Khayangan, oleh dalang Catur Kuncoro,” kata dia.
Selain bentuk ucapan syukur, Yhan mengatakan, acara tersebut juga diharapkan bisa memberi manfaat dan menjadi daya tarik bagi wisatawan Gunung Tidar.
“Jadi, masyarakat setempat juga kami beri kesempatan untuk membuka stand kuliner atau kerajinan, supaya menambah pendapatan dan bisa ramai saat banyak pengunjungnya,” kata dia.
Koordinator Pelaksana Grebeg Suro dan Bhakti Alam Gunung Tidar 2023, Wahyu menambahkan, Grebag Suro dan Bhakti Alam Gunung Tidar diharapkan bisa menjadi ikon budaya dan bisa dilaksanakan rutin setiap tahunnya.
Wahyu mengatakan, istimewanya, Grebeg Suro dan Bhakti Alam Gunung Tidar 2023 ini mampu menyatukan seluruh warga Kelurahan Magersari mulai dari anak-anak, remaja sampai orang tua.
“Mereka nyengkuyung (Gotong Royong) menghadirkan event yang diharapkan bisa dihelat secara berkala dan bisa menjadi ikon budaya seputaran Tidar,” kata dia.
Tidak hanya warga sekitar Gurung Tidar, beberapa komunitas seperti BARA, Magelang Independent Resque, Paksikaton, BARET, SEKAL, FKPM, PAKUDAYAMULIA juga ikut terlibat dalam kegiatan ini, disamping dukungan dari TNI, POLRI, UPT Kebun Raya Gunung Tidar, PMI, Dishub, Satpol PP, dan unsur Pemerintah Magelang lainnya.
Sementara itu, seorang warga sekitar Gunung Tidar yang berjualan kerajinan oleh-oleh kaos dan gantungan kunci, Wahyono (40) menuturkan, adanya event Grebeg Suro membawa dampak positif bagi masyarakat.
“Ada peningkatan penjualan dibandingkan hari biasa, yang paling laris kaos dan gantungan kunci, sudah laku 20 potong sampai jam 11 siang,” tuturnya.
Ia berharap, kegiatan serupa bisa kembali digelar agar semakin dapat menggerakkan roda perekonomian masyarakat.