INSPIRASIJATENG.COM – Candi Lumbung di Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, bakal dipindah ke Desa Sengi, Kecamatan Dukun. Sejumlah pekerja terlihat mulai memasang perancah atau alat yang akan digunakan menurunkan batu Candi Lumbung, Jum’at (14/7/2023).
Pantauan inspirasijateng.com di lokasi Candi Lumbung di Dusun Tlatar, Desa Krogowanan, terlihat sejumlah orang dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah X memasang perancah. Perancah dengan bahan dari kayu ini didirikan di sebelah selatan candi.
Perancah akan dipakai untuk menurunkan batu candi. Setelah batu diturunkan, lalu dibawa ke lokasi pemindahan di Desa Sengi.
Tak jauh dari lokasi itu ada Candi Asu dan Candi Pendem. Keberadaan Situs Candi Sengi (Candi Pendem, Asu, dan Lumbung) berlatar agama Hindu. Candi ketiga memiliki fungsi yang berbeda.
“Candi Lumbung ini (fungsinya) untuk berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena sudah diberi hasil panen. Jadi, lumbung sebagai tempat menyimpan hasil panen dan orang Jawa dulu kalau memulai pemetikan dengan wiwitan. Dari pemetikan saat wiwitan itu dikumpulkan di Candi Lumbung,” kata Koordinator Juru Pelihara Situs Candi Sengi, Jumat, kepada wartawan.
Lokasi awal Candi Lumbung yang berada di dekat Sungai Pabelan, Magelang, Candi Lumbung dulunya berada di tepi Sungai Pabelan. Setelah terjadi erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 dan adanya banjir lahar dingin, keberadaan Candi Lumbung terancam.
Kemudian dilakukan penyelamatan dengan memindahkan candi ke Dusun Tlatar.
“Pindah dulu karena memang ada erupsi Merapi dan pasir itu naik. Untuk mengamankan dipindah di Tlatar dan sekarang karena kontrak (tanah milik perseorangan) sudah habis. Di sini tidak boleh (dibeli), terus dipindah di dekat Candi Asu. Dari lokasi asli Candi Lumbung sekitar 200 meter, kalau ditarik garis lurus,” ujar Jumat yang sudah 32 tahun menjadi juru pelihara candi.
Jumat menambahkan, nilai sewa tanah di Tlatar awalnya per tahun sekitar Rp 2,5 juta. Seiring berjalannya waktu, kini menjadi Rp 10 juta per tahun.
“Yang pertama itu Rp 2,5 juta, kalau nggak salah. Sekarang sudah nyampai hampir Rp 10 juta per tahun,” katanya.
“Di Candi Lumbung yang asli (dekat Sungai Pabelan) itu masih ada fondasinya, batu fondasinya masih ada di sana,” ujarnya.
“Kami sudah merencanakan pemindahan Candi Lumbung dikembalikan ke lokasi aslinya yaitu Desa Sengi, sekitar 300 meter (dari lokasi sebelumnya). Ini sesuai permintaan warga Desa Sengi untuk candi dikembalikan ke lokasi semula biar menjadi satu lagi dengan Candi Pendem dan Candi Asu,” kata Pamong Ahli Budaya Muda Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X, Eri Budiarto kepada wartawan. (แตแตหก)