MAGELANG – Tradisi grebeg ketupat di Dusun Dawung, Desa Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, hari ini berlangsung meriah. Warga antusias berebut ketupat berisi uang.
Pantauan detikJateng, gunungan ketupat itu awalnya diarak dari halaman Masjid Darussalam di Dusun Dawung, Banjarnegoro, Mertoyudan, Magelang. Gunungan ketupat itu diarak keliling kampung dengan diiringi kelompok kesenian dan warga.
Setelah diarak, gunungan ketupat yang tingginya sekitar 2,5 meter itu dibawa ke lapangan. Isi selongsong ketupat sebanyak 1.800-an itu bukanlah beras, melainkan uang.
Uang dalam selongsong ketupat itu nilainya bervariasi, dari Rp 1.000 hingga Rp 100 ribu.
Uang tersebut diisi oleh masing-masing warga yang sebelumnya meminta selongsong ketupat kosong. Ada yang meminta 5-20 ketupat. Selanjutnya, selongsong ketupat itu diisi uang lalu diserahkan ke panitia untuk ditata menjadi gunungan.
“Grebeg kupat tradisi di wilayah kami sebagai bentuk syukur dan saling maaf-memaafkan. Tradisi syawalan ini kami kemas menjadi grebeg kupat,” kata Gepeng Nugroho, tokoh dusun setempat kepada wartawan di lokasi, Rabu (26/4/2023).
“Gunungannya ada sekitar 1.800 kupat. Masing-masing kupat diisi uang pecahan Rp 1.000 sampai Rp 100 ribu, diisi oleh masyarakat. Panitia menyediakan kelontongan (ketupat kosong) terus disebar ke masyarakat,” ujar Gepeng.
“Ada yang minta 5, 10, 20, dan seterusnya mengisi (uang) tanpa kita ketahui. Lalu kita tata kembali,” imbuh Gepeng.
Kupat dalam gunungan tersebut, kata Gepeng, mengandung makna untuk mengetahui kalepatan atau kesalahan.
“Itu yang sulit mengakui kalepatan (kesalahan) kita, bukan kalepatan orang lain. Harapannya ke depan lebih harmonis lagi,” ujar dia.
Salah satu warga Tempuran, Desica Dini Safitri (16) mengaku mendapat 15 ketupat berisi uang dengan jumlah total Rp 50 ribu.
“Alhamdulillah senang. Ini dapat Rp 50 ribu, buat jajan bareng,” tuturnya.(แตแตหก)